#trik_pojok { position:fixed;_position:absolute;bottom:0px; left:0px; clip:inherit; _top:expression(document.documentElement.scrollTop+ document.documentElement.clientHeight-this.clientHeight); _left:expression(document.documentElement.scrollLeft+ document.documentElement.clientWidth - offsetWidth); }

Refleksi Menatap Masa Depan

Selamat Datang,,, Be Life Excellence... Hiduplah untuk yang Maha Hidup...

Sabtu, 26 Februari 2011

Tanda Sholat Diterima



SUDAH sering kita mendengar bahwa shalat adalah tiang agama. Shalat adalah amal yang paling pertama ditanya oleh Allah di hari kiamat. Jika shalat kita baik, baiklah seluruh amal perbuatan lainnya. Namun jika shalat kita jelek atau bahkan nol besar, maka buruklah semua perbuatan yang kita jalani, demikian petuah Nabi SAW kepada kita sekalian.
Sesekali kita perlu merenung, baikkah shalat yang kita kerjakan? Suatu waktu kita perlu berpikir, apakah shalat kita diterima di sisi-Nya? Bukankah Allah pernah berfirman celakalah orang-orang yang shalat? Siapakah di antara kita yang diterima shalatnya? Dan seperti apa tanda-tanda orang yang diterima shalatnya? Dalam sebuah hadits Qudsi disebutkan ada 5 tanda orang yang shalatnya diterima.

Amal ... Dicintai Allah?



ALANGKAH indah dan bahagianya hidup, bila kita telah dicintai oleh Allah dan disayangi pula oleh seluruh makhluk di dunia ini. Maknanya sebelum kita menikmati surga di akhirat, di dunia ini pun kita sudah bisa merasakannya. "Hidup adalah surga," ujar Drs H.M Arifin Ilham dalam salah satu judul tulisannya. Lalu amalan apa yang bisa melesatkan kita kepada kemuliaan seperti itu? 

Pada suatu hari kisah Imam Ali AS, ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW dan berkata: "Ajarilah aku suatu amalan yang membuat aku dicintai oleh Allah, dicintai oleh para mahluk, Allah memperbanyak hartaku, menyehatkan badanku, memanjangkan umurku dan membangkitkan aku di mahsyar bersamamu." Subhanallah, satu pertanyaan yang juga merupakan pertanyaan kita bukan? 

Ingin Kaya, Strategi Sedekah


Ini pendapat Joe Vitale, penulis Spiritual Marketing. Juga pendapat banyak penulis lain yang dari pengalamannya mendapati bahwa semakin dia rela memberi (bersedekah) semakin banyak apa yang dia sumbangkan itu kembali kepada dirinya dengan berlipat-lipat. Kalau dia nyumbang uang, maka (biasanya) akan datang uang. Kalau tenaga, maka akan kembali banyak bantuan. Kalau ilmu, maka akan kembali lebih banyak ilmu. Mereka menemukan bahwa “to give in order to get” adalah suatu hukum universal.

Masih menurut orang-orang tersebut, hanya sedekah yang tuluslah yang akan menggetarkan semesta. Jadi tidak semua pemberian akan memberikan efek pengembalian yang diharapkan. Tentu saja ini bukan sok merasa lebih tahu tentang cara yang disukai Tuhan, ini adalah berbagi pengalaman apa yang mereka rasakan.
Kisah-kisah mereka dikumpulkan dalam e-book The Greatest Money-Making Secret in History!

Katahanan vs Kedaulatan Pangan


Program Pangan Dunia (World Food Program /WFP) mengharapkan Indonesia terus memperkuat perannya dalam isu ketahanan pangan global di berbagi forum multilateral, khususnya dengan memanfaatkan posisinya sebagai anggota G20.
Harapan itu disampaikan Direktur Pelaksana WFP Ms. Jossette Sheeran saat menerima kunjungan Menko Kesra Agung Laksono di Markas WFP, Roma, ujar Counsellor Pensosbud KBRI Roma, Musurifun Lajawa kepada koresponden Antara London, Rabu.
WFP merupakan lembaga bantuan kemanusian PBB terbesar di dunia, khususnya dalam hal bantuan pangan dan nutrisi.

Jumat, 25 Februari 2011

Sistem Agribisnis dalam Menunjang Ketahanan Pangan


Upaya peningkatan pembangunan pertanian diharapkan akan memberikan peran yang besar bagi pemeliharaan ketahanan pangan dan ekonomi nasional. Namun di sisi lain, sampai saat ini, di Indonesia, banyak kalangan praktis dan birokrat kurang memahami pengertian swasembada pangan dengan ketahanan pangan. Sehingga konsep ketahanan pangan seringkali diidentikkan dengan peningkatan produksi ataupun penyediaan pangan yang cukup.
Pada level nasional, pengertian ketahanan pangan telah menjadi perdebatan selama tahun 1970 sampai tahun 1980-an. Ketahanan pangan nasional tidak mensyaratkan untuk melakukan swasembada produksi pangan karena tergantung pada sumberdaya yang dimiliki. Suatu negara bisa menghasilkan dan mengekspor komoditas pertanian yang bernilai ekonomi tinggi dan barang-barang industri, kemudian membeli komoditas pangan di pasar internasional. Sebaliknya, negara yang melakukan swasembada produksi pangan pada level nasional, namun dijumpai masyarakatnya yang rawan pangan karena ada hambatan akses dan distribusi pangan (Stevens et al, 2000).

Jawa Barat Rawan Pangan?


Indonesia yang telah diberkahi dengan kekayaan dan kesuburan alam oleh Yang Maha Kuasa, akhir-akhir ini terus dirundung berbagai jenis bencana yang terjadi hampir tidak dalam selang waktu yang lama. Selain wabah flu burung dan demam berdarah yang telah banyak menelan korban jiwa, juga telah terjadi beberapa kali kecelakaan transportasi yang memilukan. 
Setelah musim kemarau yang begitu panjang,  Jawa Barat selatan juga mengalami bencana tsunami, kemudian setelah itu Jawa Barat bagian Utara mengalami bencana banjir. Akhirnya “kekurangan” panganpun terjadi. Di Jawa Barat harga beras melambung sehingga banyak warga yang mengalami kelaparan karena tidak mampu membeli kebutuhan pangannya.  Memang jawaban yang sering kita peroleh adalah bahwa di Jawa Barat tidak ada rawan pangan, yang ada adalah rawan daya beli. Apapun juga jawabannya, jelas Jawa Barat menghadapi masalah dalam membangun ketahanan pangan.

Agribisnis Komoditas Unggulan dalam Ketahanan Pangan




Usaha ekonomi produktif yang mempunyai basis yang kuat di tingkat masyarakat adalah usaha di sektor pertanian memiliki basis yang kuat di tingkat masyarakat, sehingga seluruh potensi kekuatan. Pengembangan agribisnis akan memberikan dampak pengganda yang besar bagi banyak orang dibandingkan dengan sektor lainnya. Beberapa alasan sebagai berikut: Pertama, sektor pertanian (ekonomi) pada tiap kelompok masyarakat dapat digerakkan demi terjadinya akselerasi pembangunan.
Kedua, sektor ini dapat diandalkan untuk membangun keterkaitan (backward and forward linkages) yang baik dengan upaya pengembangan industri di tingkat regional, demi terciptanya struktur perekonomian yang mantap.
Ketiga, output yang dihasilkan dari sektor pertanian dapat berpotensi memiliki daya saing, baik karena nilai bawaannya maupun nilai tambah yang dihasilkan karena adanya keterkaitan yang baik dengan pengembangan industri di tingkat regional.
Pendekatan agribisnis dalam penanganan komoditas unggulan dapat dijadikan terobosan untuk menciptakan ketahanan pangan di daerah dan akan berefek pada percepatan pembangunan daerah.

Kamis, 24 Februari 2011

Rumah Tangga Fondasi Ketahanan Pangan


Berdasarkan definisi ketahanan pangan dari FAO (1996) dan UU RI No. 7 tahun 1996, yang mengadopsi definisi dari FAO, ada 4 komponen yang harus dipenuhi untuk mencapai kondisi ketahanan pangan yaitu: (1)    Kecukupan ketersediaan pangan, (2) Stabilitas ketersediaan pangan tanpa fluktuasi dari musim    ke  musim atau dari tahun ke tahun,  (3) Aksesibilitas/ keterjangkauan terhadap pangan, serta (4)   Kualitas/keamanan pangan. Keempat komponen tersebut akan digunakan untuk mengukur ketahanan pangan di tingkat rumah tangga dalam studi ini. Keempat indikator ini merupakan indikator utama untuk mendapatkan indeks ketahanan pangan. Ukuran ketahanan pangan di tingkat rumah tangga dihitung bertahap dengan cara menggambungkan keempat komponen indikator ketahanan pangan tersebut, untuk mendapatkan satu indeks ketahanan pangan.

Sederhana, Pilihan Hidup Mulia


Pada suatu sore, ketika Rasulullah SAW selesai menunaikan shalat Ashar bersama para sahabatnya, ada peristiwa aneh. Yaitu setelah rampung shalat, tiba-tiba Rasulullah bangkit dengan tergesa-gesa meninggalkan jamaah menuju rumahnya dan kembali lagi dengan membawa makanan lalu dibagi-bagikan kepada para jamaahnya yang ada.

Kemudian sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, ada apa gerangan tiba-tiba anda beranjak dari jamaah lalu kembali membagi-bagikan makanan?.” Apa jawab sang baginda?, “Aku tidak ingin apabila matahari tenggelam sementara di rumahku masih ada sisa makanan.” (HR. Bukhari)
Rasululah adalah manusia yang paling zuhud yang terpancar dalam potret hidupnya yang sederhana dan penuh kebersahajaan. Ilustrasi di atas cukup menjadi acuan akan kesederhanannya. Beliau tidak pernah menyisakan atau menyimpan makanan di rumahnya.

Rabu, 23 Februari 2011

Air Mata Rasulullah SAW.


Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam", kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan.
Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.

"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang
memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.